Senin, 20 Februari 2012

Hai guys! Udah Siap Ujian Nasional Belum?



Ujian Nasional (UN) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59 Tahun 2011 merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional, pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi anak SMA dan SMP, pengukuran kompetensi berarti membandingkan berbagai kompetensi yang telah diterima selama tiga tahun, dengan standar yang sudah ditetapkan. Standar yang dimaksud adalah Standar Kompetensi Lulusan atau SKL.
Selain itu, menurut permen yang sama terdapat dua aspek penilaian untuk menentukan kelulusan. Aspek tersebut adalah Nilai Ujian Nasional dan Nilai Sekolah dengan pembobotan 60% Nilai Ujian Nasional dan 40% Nilai Sekolah. Nilai Sekolah diperoleh dari pembobotan 40% nilai rata-rata raport, semester tiga, empat dan lima dan 60% nilai Ujian Sekolah (US). Nilai ujian sekolah ini merupakan gabungan dari nilai ujian tulis dan nilai ujian praktek untuk beberapa mata pelajaran.
Beberapa anak takut mengalami kegagalan saat menjalani ujian apalagi dengan ketatnya peraturan UN. Berdasarkan pengamatan penulis, kepercayaan diri anak turun drastis dalam kurun waktu sebulan sebelum menghadapi ujian. Ada dua alasan yang melatarbelakanginya.
Alasan pertama, mereka takut mengalami kesalahan saat mengisi Lembar Jawab Komputer (LJK). Mereka yang tidak mengetahui cara kerja alat pembaca LJK menjadikan hal ini sebagai suatu kekhawatiran. Mereka berfikir bisa tidak lulus jika salah “menghitamkan” jawaban atau kertas LJK terlipat, padahal sebenarnya hal itu salah.
Alasan kedua adalah takut tidak bisa mengisi soal. Mereka takut karena merasa belum menguasai seluruh kompetensi yang diterimanya. Anak-anak jurusan IPA misalnya, mereka takut tidak bisa mengisi soal mata pelajaran matematika dan fisika, sedangkan anak IPS ketakutan dengan pelajaran ekonomi dan akuntansi. Menurut kebanyakan dari mereka, mata pelajaran tersebut penuh dengan soal hitungan, rumus serta soal-soalnya bersifat analitis.
Ketatnya peraturan serta ketakutan anak tersebut merupakan pekerjaan yang cukup berat. Bukan hanya bagi anak akan tetapi bagi orang tua, guru, pihak kurikulum maupun kepala sekolah. UN yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 April memaksa anak untuk menambah porsi belajarnya. Mereka yang semula memiliki porsi belajar delapan jam setiap hari, sekarang bisa 12 hingga 14 jam. Ada yang mengisi dengan belajar bersama guru privat, belajar di lembaga bimbingan belajar dan ada pula yang hanya mengandalkan jam pelajaran tambahan di sekolah.
Kepala Sekolah dan pihak kurikulum membutuhkan strategi yang baik untuk mendukung anaknya belajar. Misalnya, membuat program pemantapan yang dapat dijalankan empat atau tiga bulan sebelum ujian nasional mulai diselenggarakan. Program seperti ini biasanya dilakukan di luar jam pembelajaran sehingga tidak mengganggu porsi belajar anak di dalam kelas.
Selain itu, guru merupakan unsur yang penting. Guru Bimbingan Konseling (BK) harus terus memotivasi anak. Anak yang mengalami ketakutan tidak lulus UN membutuhkan lebih banyak porsi bimbingan dan motivasi. Mental anak perlu terus dibangun supaya siap menghadapi UN.
Guru mata pelajaran juga harus terus mendukung kesiapan anak. Guru mata pelajaran dapat memberikan berbagai trik khusus untuk menyiasati soal-soal UN. Trik tersebut dapat berupa cara membaca soal yang efektif atau cara cepat mengerjakan soal. Trik khusus seperti ini biasanya digunakan untuk beberapa mata pelajaran rumpun IPA seperti matematika, fisika dan kimia. Hal ini digunakan untuk menyiasati waktu pengerjaan soal. Setiap anak harus mengerjakan sebanyak empatpuluh soal dalam waktu 120 menit. Artinya, satu soal harus selesai dikerjakan dalam waktu tiga menit. Untuk mata pelajaran rumpun IPA hal itu tidak memungkinkan, oleh karenanya anak perlu diajarkan cara cepat mengerjakan soal.
Begitu pula dengan orang tua, mereka perlu mendukung penuh aktivitas belajar anaknya. Mereka sebaiknya memantau terus pembelajaran melalui komunikasi yang intens dengan anaknya. Selain itu, komunikasi dengan pihak sekolah atau wali kelas pun memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan motivasi belajar anak.
Di samping itu, kualitas belajar anak juga perlu ditingkatkan. Jika anak tak serius belajar maka hasilnya tidak akan maksimal. Belajar seharusnya serius, tekun dan penuh perhatian. Usaha guru untuk mempersiapkan anak menghadapi UN akan kembali kepada kesiapan dan keseriusan anak untuk belajar. Oleh karena itu, siap tidak siap anak dalam menghadapi UN maka mereka harus siap.

Selasa, 10 Januari 2012


Rekreasi Menantang bagi Warga Sekolah


Oleh,
Agus Kusmana, S.Pd.


Ujian Akhir Semester (UAS) merupakan salah satu kegiatan evaluasi yang menguras banyak energi. Guru harus membuat soal, mengawas ruang dan memeriksa hasil ulangan. Selain itu, jika anak tidak tuntas guru harus bersiap melakukan pembelajaran remedial. Panitia UAS harus mempersiapkan berbagai keperluan kegiatan. Diantaranya, membuat program kerja, memperbanyak soal, membuat jadwal, membuat kartu peserta hingga mempersiapkan tempat duduk bagi seluruh siswa.
Selain guru, siswa pun memiliki kesibukan sendiri. Menghapal materi setiap mata pelajaran, berlatih mengerjakan soal hingga mengadakan pembelajaran tambahan. Terlebih di wilayah kota, kegiatan pembelajaran tambahan (les) sudah menjadi kebutuhan siswa. Kegiatan-kegiatan ini cukup menguras energi sehingga kepenatan dan rasa bosan dapat melanda siswa ataupun guru.
Kesibukan yang menyita energi seperti ini perlu diimbangi oleh kegiatan rekreasi. Namun, rekreasi yang dilakukan harus memiliki nilai pendidikan, baik bagi siswa maupun guru. Mereka yang kurang menyukai tantangan bisa pergi ke pantai atau jalan-jalan ke suatu objek wisata sejarah seperti museum. Sedangkan yang menyukai tantangan bisa memilih kegiatan yang memacu adrenalin seperti outbond , rafting di sungai ataupun naik gunung.
Setiap sekolah biasanya memiliki kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam (PA). Agenda wajib dari pecinta alam adalah naik gunung. Banyak gunung unik yang bisa di daki di wilayah Jawa Barat. Gunung Gede pangrango di Cianjur, Gunung Cikurai di Garut, Gunung Tangkuban Parahu di Bandung Barat dan lain sebagainya.
Namun, naik gunung perlu persiapan yang baik. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika naik gunung. Pertama, persiapan fisik dan mental. Naik gunung butuh ketahanan fisik dan mental yang baik. Latihan ini dapat berupa lari, jalan jongkok dan latihan naik turun tangga. Kedua, pelajari karakter gunung yang akan didaki untuk menentukan rute perjalanan. Beberapa gunung memiliki karakter jalur pendakian yang cukup menantang. Oleh karenanya, mempelajari karakter gunung dapat membantu memperhitungkan jumlah logistik makanan, air dan kebutuhan lain. Ketiga, persiapan peralatan dan perlengkapan yang baik. Peralatan seperti matras, ponco, sleeping bag, senter, lilin, pisau serbaguna dan perlengkapan P3K perlu ditata dengan baik di dalam tas ransel. Selain itu, perlengkapan memasak seperti kompor dan bahan bakarnya harus bersifat mudah dibawa.
Banyak hal yang bisa dilatihkan pada diri siswa. Latihan bertanggung jawab dan kerja sama adalah salah satunya. Siswa tidak hanya harus bertanggung jawab menjaga diri sendiri tetapi juga menjaga diri kawan-kawannya. Apabila salah seorang siswa ada yang sedang mengalami kesulitan maka yang lainnya harus siap membantu. Siswa dapat melatih kerja sama melalui pembuatan tenda, membuat makanan dan air minum serta membuat tenda dari ponco.
Hal lain yang dapat dilatihkan pada diri siswa adalah sikap bersabar dan hati-hati. Selama perjalanan banyak hal yang harus diwaspadai siswa. Jalan yang licin dan penuh tantangan harus disikapi dengan penuh kesabaran dan hati-hati. Teknik survival di alam pun mengajarkan berbagai sikap hati-hati dalam memilih tanaman, baik untuk dikonsumsi ataupun digunakan sebagai obat.
Selain itu, hal terpenting yang dapat dilatihkan pada diri siswa adalah kedisiplinan. Waktu dan jenis kegiatan yang akan dilakukan pada saat naik gunung biasanya sudah direncanakan. Seluruh anggota harus patuh pada rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut pengalaman penulis, cape dan penuh tantangan adalah hal yang bisa di ungkapkan untuk menggambarkan proses naik gunung. Jalan yang menanjak, berkelok, licin dan penuh rintangan harus dilalui selama perjalanan. Selain itu dinginnya udara pegunungan harus bisa dilalui oleh guru dan siswa. Tetapi semua itu akan terbayar ketika kita sudah sampai di puncak pendakian. Guru dan siswa dapat menikmati panorama alam, rimbunnya pohon, indahnya kawah atau hamparan awan.
Setelah kegiatan UAS yang menyita banyak energi, kegiatan seperti ini bisa dijadikan alternatif. Seluruh warga sekolah yang menyukai tantangan dan senang bertualang dapat menikmatai kegiatan ini. Tidak hanya siswa, guru, pegawai tata usaha maupun penjaga sekolah dapat mengikutinya, sehingga rekreasi penuh tantangan dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah.

Penulis, Guru Pembimbing PA di SMAN 1 Cibinong Cianjur