Selasa, 20 April 2010

Contoh Skenario Pembelajaran dengan PBM

SKENARIO PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN Waktu
I. PENDAHULUAN
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Guru memeriksa kehadiran siswa. 1’
TAHAP I ( Orientasi Pada Masalah )
Apersepsi
3. Guru mengajukan pertanyaan sebagai berikut
”Apabila kita mempunyai sejumlah zat, baik itu zat padat, zat cair ataupun gas, kemudian kita berikan kalor, apa yang akan terjadi dengan zat –zat tersebut?”
2’
Motivasi dan Konsepsi Awal
4. Guru menunjukan beberapa peralatan sebagai berikut,
• Sebuah botol kosong yang ditutup dengan balon karet,
• Termometer alkohol atau raksa
• 1 set alat pemuaian panjang
5. Guru melakukan demonstrasi sebagai berikut :
 Perhatikanlah botol yang ditutup dengan karet balon ini.
 Guru memanaskan botol tersebut.
 Guru mengukur suhu dengan menggunakan termometer alkohol/ raksa
 Guru memanaskan batang logam pada alat peraga pemuaian panjang.
6. Guru mengajukan beberapa hal sebagai berikut,
 Apa yang terjadi dengan udara dalam botol, cairan dalam termometer dan batang silinder?
 Bagaimana volume udara dalam botol dan cairan dalam termometer sebelum dan sesudah pemanasan?
 Bagaimanakah sifat-sifat pemuaian yang terjadi pada suatu zat? q
TAHAP II ( Pengorganisasian Peserta Didik )
7. Siswa dikondisikan supaya duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
8. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa ( LKS ) kepada setiap kelompok
9. Guru memodelkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. 2’
II. KEGIATAN INTI
TAHAP III ( Penyelidikan Kelompok )
1. Siswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siswa membaca prosedur percobaan yang ada dalam lembar kerja siswa.
3. Siswa melakukan percobaan dan mengambil data berdasarkan percobaan
4. Siswa mencatat dan menuliskan hasil penyelidikannya dalam LKS yang telah disediakan. 45’
TAHAP IV ( Mengembangkan dan Menyajikan Hasil )
5. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan pertanyaan yang ada dalam LKS
6. Siswa memepresentasikan hasil penyelidikannya di depan kelas dan guru membimbing supaya terjadi diskusi kelas..
7. Siswa mengumpulkan LKS. 15’
III. PENUTUP
TAHAP V ( Analisis dan Evaluasi )
1. Siswa merefleksikan apa yang telah dipelajarinya, dengan membuat beberapa kesimpulan.
2. Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap materi yang dipelajari.
3. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
4. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 20’

Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memiliki tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan tersebut terdiri dari lima tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arends (dalam Dasna dan Sutrisno, 2007). Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Mengorientasikan siswa pada masalah
Tahapan ini merupakan tahapan awal dimana siswa dihadapkan pada permasalahan yang akan dipecahkan. Kegiatan diawali dengan apersepsi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Kemudian guru melakukan motivasi dan penggalian konsepsi awal dengan menampilkan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memunculkan permasalahan berdasarkan pada fenomena yang telah diamati berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga mampu memotivasi dan menarik perhatian siswa.

2) Mengorganisasi peserta didik
Pemecahan masalah memerlukan proses dan situasi yang terorganisasi sehinngga mampu mencapai tujuan dengan baik. Pada tahap ini, siswa diorganisasikan untuk membentuk kelompok-kelompok yang akan memecahkan permasalahan. Tahap ini pun meliputi penginformasian logistik untuk penyelidikan, tugas-tugas belajar siswa serta pemodelan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Tahap ini dapat dikatakan pula sebagai tahap persiapan penyelidikan.

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah.. penyelidikan yang dilakukan meliputi pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperiment merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan pameran. Hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Hasil karya tersebut kemudian disajikan dan guru berperan sebagai organisator pada penyajian tersebut.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Aspek-aspek Pemahaman Konsep

Salah satu aspek pada ranah kognitif yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom adalah pemahaman (comprehension). Bloom (1979:89) menyatakan bahwa:
“Comprehension that is when students are confronted with a communication, they are expected to know what is being communicated and to be able to make some use of the material or ideas contained in it. The communication may be in oral or written form, in verbal or symbolic form.”

Pernyataan tersebut mempunyai pengertian bahwa, ketika siswa dihadapkan pada suatu komunikasi, mereka diharapkan mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang terkandung di dalamnya. Komunikasi yang dimaksud bisa dalam bentuk lisan atau tulisan dan dalam bentuk verbal atau simbolik.
Sejalan dengan pernyataan Bloom di atas, Subiyanto (1988: 49) menyatakan bahwa pemahaman bersangkutan dengan intisari dari sesuatu, yaitu suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan.
Dalam ranah kognitif taksonomi Bloom, pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan pengetahuan. Misalnya, menjelaskan ide dengan susunan kalimatnya sendiri tentang sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Bloom (1979: 89), membagi pemahaman menjadi tiga aspek, yaitu translasi (translation), interpretasi (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation).

1. Translasi (Translation)
Pemahaman translasi (kemampuan menterjemahkan) menurut Subiyanto (1988: 49) adalah kemampuan dalam memahami suatu gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal sebelumnya. Kemampuan menterjemahkan merupakan pengalihan dari bahasa konsep ke dalam bahasa sendiri, atau pengalihan dari konsep abstrak ke suatu model atau simbol yang dapat mempermudah orang untuk mempelajarinya.
Bloom (1979:92) mengemukakan indikator pencapaian kemampuan translasi sebagai berikut:
• The ability to translate a problem given in technical or abstract phraseology into concrete or less abstract phraseology
(Kemampuan menterjemahkan suatu masalah yang diberikan dengan kata-kata abstrak menjadi kata-kata yang konkret)
• The ability to translate relationships expressed in symbolic form, including illustrations, maps, tables, diagrams, graphs, and mathematical and other formulas, to verbal form or vice versa
(Kemampuan menterjemahkan hubungan yang terkandung dalam bentuk simbolik, meliputi ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik, persamaan matematis, dan rumus-rumus lain ke dalam bentuk verbal dan sebaliknya)

2. Interpretasi (Interpretation)
Pemahaman interpretasi (kemampuan menafsirkan) menurut Subiyanto (1988:49). adalah kemampuan untuk memahami bahan atau ide yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain. Misalnya dalam bentuk grafik, peta konsep, tabel, simbol, dan sebaliknya. Jika kemampuan menterjemahkan mengandung pengertian mengubah bagian demi bagian, kemampuan menafsirkan meliputi penyatuan dan penataan kembali. Dengan kata lain, menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian-bagian yang diketahui berikutnya.

3. Ekstrapolasi (Extrapolation)
Pemahaman ekstrapolasi (kemampuan meramalkan) menurut Subiyanto (1988:49) adalah kemampuan untuk meramalkan kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekwensi dan implikasi yang sejalan dengan kondisi yang digambarkan. Dengan demikian, bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali ke dalam bentuk lainnya yang mudah dimengerti, memberi interpretasi, serta mampu mengaplikasikannya.