Jumat, 07 Februari 2014

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan


  • Nama                   : Agus Kusmana
  • No. Reg.              : 7816130654
  • Program               : Magister Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
  • Mata Kuliah         : Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan
  • Jumlah SKS         : 3 SKS
  • Dosen Pengampu :  Dr. Hj. Etin Solihatin, M.Pd.
Berikut ini saya shared file ujian tengah temester (UTS) mengenai pengertian demokrasi.
Silahkan untuk  mengunduh file tersebut dengan cara mengklik link dibawah ini.


Semoga bermanfaat.

Jumat, 17 Januari 2014

PRILAKU “ALAY” DITINJAU DARI SUDUT PANDANG FILSAFAT

Alay menurut (Wikipedia, 2013) adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena remaja di Indonesia. Alay yang merupakan singkatan dari “anak layangan” atau “anak lebay” merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada gaya bahasa tulis yang menggambarkan kesenangan remaja yang menggabungkan tulisan huruf besar dengan huruf kecil, huruf dengan angka dan bahkan huruf dengan simbol. Dalam gaya berbicara, mereka yang dikategorikan alay biasanya berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.
Fenomena prilaku alay seperti ini berkembang terus menerus hingga saat ini. Bukan hanya itu, prilaku alay hingga saat ini memiliki tingkatan-tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkatan paling rendah, tingkatan rendah, tingkatan sedang, tingkatan parah dan tingkatan terakhir adalah tingkatan paling parah. Tingkatan –tingkatan ini didasarkan pada penggunaan bahasa tulisan yang digunakan oleh alay tersebut. Semakin rumit untuk dibaca dan difahami maka dapat dipastikan tingkatan alay seseorang semakin parah. Mereka yang berprilaku alay berpikir bahwa berprilaku alay bermanfaat bagi dirinya. Manfaat tersebut adalah adanya pengakuan dari kelompok tertentu akan kehadiran dan eksistensinya. Secara tidak sadar teori kebenaran yang mereka ikuti adalah teori kebenaran pragmatisme. Mereka yang berprilaku alay berfikir secara pragmatis bahwa dengan berprilaku alay mereka dapat diterima dan akhirnya memperoleh kepuasan (satisfied) akan pengakuan terhadap dirinya. Menurut (Jujun,1984) tentang kebenaran menurut teori pragmatis, “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Kemunculan gaya, prilaku dan bahasa alay memang tidak dapat ditinjau dari segi ontologi dan epistomologi bahkan axiologi. Hal tersebut dikarenakan gaya, prilaku dan bahasa alay bukanlah suatu ilmu yang memiliki kebenaran yang dapat dibuktikan. Gaya, prilaku dan bahasa alay merupakan suatu bagian dari budaya yang berkembang dikalangan remaja di Indonesia. Namun, jika kita memandang bahasa remaja alay sebagai sebuah pengetahuan kita bisa menganalisis bahasa alay dari sudut pandang ontologi, epistomologi dan axiologi. Bahasa remaja alay, baik dari gaya komunikasi melaui media verbal maupun gaya komunikasi melaui media tulisan ditinjau dari sudut pandang ontologi memiliki hakikatnya tersendiri. hakikat keberadaan bahasa remaja alay jika dilihat menurut tata hubungan sistematisnya timbul karena keinginan remaja dalam masa pencarian jati diri untuk diperhatikan. Selain itu, remaja dalam masa pencarian jati diri ingin menunjukan eksistensi dan kehadirannya di dalam lingkungan masayarakat. Secara epistomologi bahasa remaja alay tumbuh bersamaan dengan perkembangan media sosial dan perkembangan teknologi yang tidak dibarengi oleh penerapan pendidikan yang tepat untuk mengurangi dampak dari perkembangan media sosial dan teknologi. Karena rentannya proses imitasi di kalangan remaja, perkembangan bahasa alay berkembang dengan cepat di kalangan remaja di Indonesia. Namun walaupun demikian, sumber dari gaya komunikasi verbal dan tulisan yang berlebihan remaja alay tidak jelas asal mulanya, tidak jelas siapa pencetus, tidak jelas siapa penggagas dan siapa pemula dari gaya komunikasi verbal dan tulisan yang sifatny alay tersebut. Gaya bahasa remaja alay ditinjau dari sudut pandang axiologi atau kegunaannya memang sedikit sekali. Remaja alay hanya akan memperoleh gengsi karena bisa faham dan mengerti bahasa alay. Namun bagi orang yang mencintai bahasa Indonesia yang baik dan benar, mungkin kegunaan dari bahasa alay adalah tidak ada. Namun tidak dapat dipungkiri, bahasa remaja alay akan selalu bersinggungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Terlebih bagi mereka para orang tua yang memiliki anak remaja. Jika orang tua mengerti dan faham mengenai gaya berbahasa alay, setidaknya mereka mampu mencermati obrolan mereka remaja-remaja alay yang mungkin salah satunya adalah anak mereka. Sekarang pertanyaan yang muncul adalah “mengapa muncul gaya, prilaku dana bahasa alay dalam kehidupan remaja Indonesia ?”.Timbulnya gaya, prilaku dan bahasa alay di kalangan remaja di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor –faktor tersebut menurut (Ma'ruff, 2012) antara lain adalah : 1. Buruknya lingkungan pergaulan Lingkungan tempat pribadi bergaul banyak memberikan sumbangan terhadap prilaku pribadi tersebut. Misalnya saja seseorang banyak bergaul di lingkungan yang sifatnya ilmiah maka segala tindak tanduk yang dilakukan oleh pribadi tersebut akan didasari oleh fakta-fakta ilmiah yang ia pelajari. Begitu pula dengan seorang yang berprilaku alay, orang tersebut pasti akan meniru dan mencerminkan prilaku dimana ia banyak bergaul. 2. Sosialisasi yang kurang sempurna Kebanyakan alay beranggapan bahwa prilaku alay yang ia tunjukan adalah tuntutan jaman dan pergaulan. Mereka para alay menganggap bahwa jika alay artinya mereka gaul, sedangkan yang lainnya yang tidak alay adalah kuno dan kurang gaul. Anggapan tersebut jelas-jelas salah. Penekanan kata ‘gaul’ serta makna ‘gaul’ yang diberikan, ditanamkan dan disosialisasikan pada pribadi seseorang dinilai kurang sempurna. Oleh karenanya, prilaku alay seseorang juga dapat disebabkan salahsatunya oleh proses sosialisasi yang kurang sempurna. 3. Lemahnya pendidikan teknologi Lemahnya pendidikan teknologi yang dimaksud disini adalah lemahnya pemahaman seseorang terhadap penggunaan media dan teknologi yang ada sekarang ini. Media sosial yang ada sekarang ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap berkembangnya gaya, prilaku dan bahasa alay. Prilaku –prilaku alay yang ditunjukan merupakan akibat dari penggunaan media sosial dan teknologi yang tidak dibarengi dengan pendidikan terhadap penggunaan media sosial dan teknologi tersebut. 4. Terbatasnya interaksi sosial Seseorang dapat menjadi alay karena terbatasnya interaksi sosial. Mereka (para alay) menciptakan komunitasnya sendiri karena mereka tidak dianggap di suatu lingkungan sosial tertentu. Mereka berpikir bahwa komunitas lingkungan sosial tertentu bersifat tertutup dan tidak menghiraukan kehadiran dirinya di lingkungan tersebut. Suatu komunitas/ kelompok hanya bergaul dengan kelompoknya saja, tanpa menginginkan pergaulan dengan kelompok lainnya. Hal tersebut dapat memicu terciptanya komunitas alay sebagai pengakuan akan eksistensi diri dan lingkungannya. 5. Masa peralihan Masa peralihan atau transisi seseorang dari anak-anak menjadi seorang yang dewasa dapat pula menjadi penyebab seseorang menjadi alay. Prilaku remaja yang sedang dalam masa transisi biasanya menunjukan prilaku yang berlebihan dan prilaku hiperbola yang tidak terkontrol. Prilaku berlebihan seorang remaja ini tiada lain adalah suatu proses pencarian jati diri dan ekpresi dari pencarian jati diri yang selalu ingin menunjukan “siapa saya” dan “seperti apa saya”. Oleh karenanya bisa timbul prilaku alay yang salah satunya ditunjukan dalam proses tulis –menulis gaya anak alay. 6. Kepincangan globalisasi Arus globalisasi yang datang begitu deras menimbulkan ketimpangan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Mereka yang berada di wilayah pedesaan kurang mampu menjelaskan internet secara spesifik berbeda dengan mereka yang berada di wilayah perkotaan. Banyak dari mereka yang alay hanya meniru berbagai kebiasaan buruk mereka yang ada dikota termasuk salah satunya prilaku alay dari internet. 7. Buruknya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan menjadi ujung tombak perubahan prilaku remaja yang ada di Indonesia. Buruknya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia berpengaruh banyak terhadap prilaku dan gaya alay yang timbul di kalangan remaja Indonesia. Pendidikan dasar yang memiliki peranan penting, seharusnya mampu memberikan penekanan pada anak mengenai kebaikan dan keburukan, kebenaran dan ketidakbenaran tentang sesuatu hal. Hal ini dapat tertancap dalam otak anak jika di mulai dari pendidikan dasar. Mereka para pribadi alay pada dasarnya tidak akan memperhatikan logika, etika dan estetika dari gaya, prilaku dan bahasa alay tersebut. Para remaja alay yang sedang mencari jati dirinya kurang bisa membedakan secara logika mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tidak pernah berpikir panjang mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang jika mereka terus berprilaku alay. Mereka tidak akan memikirkan kelangsungan hidup dari Bahasa Nasional di masa yang kan datang. Para remaja juga tidak akan berfikir kebaikan dan keburukan (etika) dari penggunaan gaya dan prilaku khusunya bahasa dan tulisan alay. Bahasa pada dasarnya adalah sebuah alat yang dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan komunikasi. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi dalam bentuk tulisan. Komunikasi dalam bentuk tulisan akan terjalin dengan lancar jika antara orang-orang yang berkomunikasi dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan satu sama lainnya. Bagaimana seseorang bisa memahami apa yang disampaikan dalam sebuah tulisan oleh yang lain tanpa mengetahui apa makna dari huruf, angka dan simbol yang dituliskan oleh orang lainnya. Tulisan yang penuh dengan kombinasi simbol, angka, huruf besar dan huruf kecil akan menimbulkan kebingungan bagi si pembaca yang tidak terbiasa menggunakan hal tersebut. Budaya seperti ini sering ditunjukan oleh pribadi alay dimana kombinasi penggunaan simbol, huruf besar, huruf kecil dan angka sering digabung untuk menuliskan sebuah hal. Orang-orang yang banyak berkecimpung di dunia bahasa mungkin merasakan kurang nyaman dengan gaya, prilaku dan terlebih bahasa yang sifatnya alay. Gaya bahasa alay baik yang menggunakan media verbal ataupun media tuisan dapat merusak tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gaya bahasa remaja alay jika dibiarkan memang lama kelamaan akan menghapus rasa nasionalisme terhadap bahasa nasional Republik Indonesia. Penanaman rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harusnya mulai di tanamkan semenjak anak-anak masih berada pada usia dini. Kemudian selanjutnya, rasa kecintaan terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dibina, dipupuk, di pelihara pada usia usia selanjutnya. Tugas ini bukan hanya tugas guru di sekolah, melainkan tugas seluruh warga Indonesia termasuk di dalamnya orang tua yang sifatanya lebih dekat dengan remaja dan anak-anak usia sekolah.

Senin, 20 Februari 2012

Hai guys! Udah Siap Ujian Nasional Belum?



Ujian Nasional (UN) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59 Tahun 2011 merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional, pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi anak SMA dan SMP, pengukuran kompetensi berarti membandingkan berbagai kompetensi yang telah diterima selama tiga tahun, dengan standar yang sudah ditetapkan. Standar yang dimaksud adalah Standar Kompetensi Lulusan atau SKL.
Selain itu, menurut permen yang sama terdapat dua aspek penilaian untuk menentukan kelulusan. Aspek tersebut adalah Nilai Ujian Nasional dan Nilai Sekolah dengan pembobotan 60% Nilai Ujian Nasional dan 40% Nilai Sekolah. Nilai Sekolah diperoleh dari pembobotan 40% nilai rata-rata raport, semester tiga, empat dan lima dan 60% nilai Ujian Sekolah (US). Nilai ujian sekolah ini merupakan gabungan dari nilai ujian tulis dan nilai ujian praktek untuk beberapa mata pelajaran.
Beberapa anak takut mengalami kegagalan saat menjalani ujian apalagi dengan ketatnya peraturan UN. Berdasarkan pengamatan penulis, kepercayaan diri anak turun drastis dalam kurun waktu sebulan sebelum menghadapi ujian. Ada dua alasan yang melatarbelakanginya.
Alasan pertama, mereka takut mengalami kesalahan saat mengisi Lembar Jawab Komputer (LJK). Mereka yang tidak mengetahui cara kerja alat pembaca LJK menjadikan hal ini sebagai suatu kekhawatiran. Mereka berfikir bisa tidak lulus jika salah “menghitamkan” jawaban atau kertas LJK terlipat, padahal sebenarnya hal itu salah.
Alasan kedua adalah takut tidak bisa mengisi soal. Mereka takut karena merasa belum menguasai seluruh kompetensi yang diterimanya. Anak-anak jurusan IPA misalnya, mereka takut tidak bisa mengisi soal mata pelajaran matematika dan fisika, sedangkan anak IPS ketakutan dengan pelajaran ekonomi dan akuntansi. Menurut kebanyakan dari mereka, mata pelajaran tersebut penuh dengan soal hitungan, rumus serta soal-soalnya bersifat analitis.
Ketatnya peraturan serta ketakutan anak tersebut merupakan pekerjaan yang cukup berat. Bukan hanya bagi anak akan tetapi bagi orang tua, guru, pihak kurikulum maupun kepala sekolah. UN yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 April memaksa anak untuk menambah porsi belajarnya. Mereka yang semula memiliki porsi belajar delapan jam setiap hari, sekarang bisa 12 hingga 14 jam. Ada yang mengisi dengan belajar bersama guru privat, belajar di lembaga bimbingan belajar dan ada pula yang hanya mengandalkan jam pelajaran tambahan di sekolah.
Kepala Sekolah dan pihak kurikulum membutuhkan strategi yang baik untuk mendukung anaknya belajar. Misalnya, membuat program pemantapan yang dapat dijalankan empat atau tiga bulan sebelum ujian nasional mulai diselenggarakan. Program seperti ini biasanya dilakukan di luar jam pembelajaran sehingga tidak mengganggu porsi belajar anak di dalam kelas.
Selain itu, guru merupakan unsur yang penting. Guru Bimbingan Konseling (BK) harus terus memotivasi anak. Anak yang mengalami ketakutan tidak lulus UN membutuhkan lebih banyak porsi bimbingan dan motivasi. Mental anak perlu terus dibangun supaya siap menghadapi UN.
Guru mata pelajaran juga harus terus mendukung kesiapan anak. Guru mata pelajaran dapat memberikan berbagai trik khusus untuk menyiasati soal-soal UN. Trik tersebut dapat berupa cara membaca soal yang efektif atau cara cepat mengerjakan soal. Trik khusus seperti ini biasanya digunakan untuk beberapa mata pelajaran rumpun IPA seperti matematika, fisika dan kimia. Hal ini digunakan untuk menyiasati waktu pengerjaan soal. Setiap anak harus mengerjakan sebanyak empatpuluh soal dalam waktu 120 menit. Artinya, satu soal harus selesai dikerjakan dalam waktu tiga menit. Untuk mata pelajaran rumpun IPA hal itu tidak memungkinkan, oleh karenanya anak perlu diajarkan cara cepat mengerjakan soal.
Begitu pula dengan orang tua, mereka perlu mendukung penuh aktivitas belajar anaknya. Mereka sebaiknya memantau terus pembelajaran melalui komunikasi yang intens dengan anaknya. Selain itu, komunikasi dengan pihak sekolah atau wali kelas pun memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan motivasi belajar anak.
Di samping itu, kualitas belajar anak juga perlu ditingkatkan. Jika anak tak serius belajar maka hasilnya tidak akan maksimal. Belajar seharusnya serius, tekun dan penuh perhatian. Usaha guru untuk mempersiapkan anak menghadapi UN akan kembali kepada kesiapan dan keseriusan anak untuk belajar. Oleh karena itu, siap tidak siap anak dalam menghadapi UN maka mereka harus siap.

Selasa, 10 Januari 2012


Rekreasi Menantang bagi Warga Sekolah


Oleh,
Agus Kusmana, S.Pd.


Ujian Akhir Semester (UAS) merupakan salah satu kegiatan evaluasi yang menguras banyak energi. Guru harus membuat soal, mengawas ruang dan memeriksa hasil ulangan. Selain itu, jika anak tidak tuntas guru harus bersiap melakukan pembelajaran remedial. Panitia UAS harus mempersiapkan berbagai keperluan kegiatan. Diantaranya, membuat program kerja, memperbanyak soal, membuat jadwal, membuat kartu peserta hingga mempersiapkan tempat duduk bagi seluruh siswa.
Selain guru, siswa pun memiliki kesibukan sendiri. Menghapal materi setiap mata pelajaran, berlatih mengerjakan soal hingga mengadakan pembelajaran tambahan. Terlebih di wilayah kota, kegiatan pembelajaran tambahan (les) sudah menjadi kebutuhan siswa. Kegiatan-kegiatan ini cukup menguras energi sehingga kepenatan dan rasa bosan dapat melanda siswa ataupun guru.
Kesibukan yang menyita energi seperti ini perlu diimbangi oleh kegiatan rekreasi. Namun, rekreasi yang dilakukan harus memiliki nilai pendidikan, baik bagi siswa maupun guru. Mereka yang kurang menyukai tantangan bisa pergi ke pantai atau jalan-jalan ke suatu objek wisata sejarah seperti museum. Sedangkan yang menyukai tantangan bisa memilih kegiatan yang memacu adrenalin seperti outbond , rafting di sungai ataupun naik gunung.
Setiap sekolah biasanya memiliki kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam (PA). Agenda wajib dari pecinta alam adalah naik gunung. Banyak gunung unik yang bisa di daki di wilayah Jawa Barat. Gunung Gede pangrango di Cianjur, Gunung Cikurai di Garut, Gunung Tangkuban Parahu di Bandung Barat dan lain sebagainya.
Namun, naik gunung perlu persiapan yang baik. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan ketika naik gunung. Pertama, persiapan fisik dan mental. Naik gunung butuh ketahanan fisik dan mental yang baik. Latihan ini dapat berupa lari, jalan jongkok dan latihan naik turun tangga. Kedua, pelajari karakter gunung yang akan didaki untuk menentukan rute perjalanan. Beberapa gunung memiliki karakter jalur pendakian yang cukup menantang. Oleh karenanya, mempelajari karakter gunung dapat membantu memperhitungkan jumlah logistik makanan, air dan kebutuhan lain. Ketiga, persiapan peralatan dan perlengkapan yang baik. Peralatan seperti matras, ponco, sleeping bag, senter, lilin, pisau serbaguna dan perlengkapan P3K perlu ditata dengan baik di dalam tas ransel. Selain itu, perlengkapan memasak seperti kompor dan bahan bakarnya harus bersifat mudah dibawa.
Banyak hal yang bisa dilatihkan pada diri siswa. Latihan bertanggung jawab dan kerja sama adalah salah satunya. Siswa tidak hanya harus bertanggung jawab menjaga diri sendiri tetapi juga menjaga diri kawan-kawannya. Apabila salah seorang siswa ada yang sedang mengalami kesulitan maka yang lainnya harus siap membantu. Siswa dapat melatih kerja sama melalui pembuatan tenda, membuat makanan dan air minum serta membuat tenda dari ponco.
Hal lain yang dapat dilatihkan pada diri siswa adalah sikap bersabar dan hati-hati. Selama perjalanan banyak hal yang harus diwaspadai siswa. Jalan yang licin dan penuh tantangan harus disikapi dengan penuh kesabaran dan hati-hati. Teknik survival di alam pun mengajarkan berbagai sikap hati-hati dalam memilih tanaman, baik untuk dikonsumsi ataupun digunakan sebagai obat.
Selain itu, hal terpenting yang dapat dilatihkan pada diri siswa adalah kedisiplinan. Waktu dan jenis kegiatan yang akan dilakukan pada saat naik gunung biasanya sudah direncanakan. Seluruh anggota harus patuh pada rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut pengalaman penulis, cape dan penuh tantangan adalah hal yang bisa di ungkapkan untuk menggambarkan proses naik gunung. Jalan yang menanjak, berkelok, licin dan penuh rintangan harus dilalui selama perjalanan. Selain itu dinginnya udara pegunungan harus bisa dilalui oleh guru dan siswa. Tetapi semua itu akan terbayar ketika kita sudah sampai di puncak pendakian. Guru dan siswa dapat menikmati panorama alam, rimbunnya pohon, indahnya kawah atau hamparan awan.
Setelah kegiatan UAS yang menyita banyak energi, kegiatan seperti ini bisa dijadikan alternatif. Seluruh warga sekolah yang menyukai tantangan dan senang bertualang dapat menikmatai kegiatan ini. Tidak hanya siswa, guru, pegawai tata usaha maupun penjaga sekolah dapat mengikutinya, sehingga rekreasi penuh tantangan dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah.

Penulis, Guru Pembimbing PA di SMAN 1 Cibinong Cianjur

Senin, 07 Juni 2010

Tipe-tipe Orang dalam Menyikapi Hidup

Hmm... setelah mengamati beberapa orang di sekitar saya, saya menemukan orang-orang memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam menyikapi kehidupan.
Setiap orang pasti memiliki cara tersendiri dalam menjalani hidup. Ada yang penuh obsesi dan berusaha keras dalam mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya, tetapi ada pula orang yang santai dan ingin menjalani hidupnya seperti aliran air. Ada pula orang yang terkadang santai dan terkadang penuh obsesi.
Tipikel orang pertama yang saya sebutkan adalah tipikel orang yang penuh obsesi. Orang-orang seperti ini biasanya adalah orang yang penuh semangat dalam menjalani hidup. Optimisme menjadi keharusan bagi dirinya serta ia memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Orang seperti ini biasanya memasang target dalam hidupnya, kemudian ia akan berusaha sekeras-kerasnya untuk mencapai target tersebut. Ada diantaranya orang seperti ini yang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai target dan tujuan dalam hidupnya, tidak peduli siapa yang harus ia hadapi, semua bisa disingkirkan dan ditebas asalkan ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Orang-orang seperti ini juga biasanya penuh dengan perhitungan dan kebanyakan waktu yang ia punya ia gunakan untuk memikirkan hal-hal besar dalam hidupnya. Namun orang seperti ini rentang terjebak dalam tekanan. Tak jarang dari mereka mengalami stress berat dan depresi akibat tidak tercapainya target atau tujuan-tujuan mereka.
Tipikel orang yang kedua adalah orang yang santai dan tak ada beban. Ia tak ingin ada tekanan dan obsesi dalam hidupnya. Mereka ingin menjalani hidup yang flowing like a stream. biasanya orang seperti ini ceria dan menganggap hidup tak perlu tergesa-gesa. beberapa dari mereka terkadang akan menunda-nunda untuk melakukan suatu tugas dan pekerjaannya karena mereka hanya akan bekerja ketika mereka ingin melakukannya. Mereka tidak punya target dalam melakukan pekerjaan. Beberapa dari mereka terkadang menganggap remeh hal-hal yang menurut mereka tidak perlu didramatisir, terkadang mereka pasrah dalam menjalani hidupnya.
Tipikel orang terakhir yaitu yang berobsesi tapi santai. orang seperti ini memiliki target dalam hidupnya tetapi menjalani hidupnya dengan santai. Orang seperti ini memiliki prioritas dalam hidup kemudian berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Tipikel orang-orang yang seperti ini memiliki moto hidup ingin mengalirkan hidup seperti air tapi tetap berusaha semaksimal mungkin. Orang seperti tidak akan terlalu jauh tertinggal dari yang lain dan jarang mengalami stress atau depresi ketika kegagalan dan tujuan hidupnya tidak tercapai.
Nah, termasuk tipe orang yang manakah anda? hanya anda sendiri yang tahu dan bisa memahami diri anda! Semoga berguna.

Selasa, 20 April 2010

Contoh Skenario Pembelajaran dengan PBM

SKENARIO PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN Waktu
I. PENDAHULUAN
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Guru memeriksa kehadiran siswa. 1’
TAHAP I ( Orientasi Pada Masalah )
Apersepsi
3. Guru mengajukan pertanyaan sebagai berikut
”Apabila kita mempunyai sejumlah zat, baik itu zat padat, zat cair ataupun gas, kemudian kita berikan kalor, apa yang akan terjadi dengan zat –zat tersebut?”
2’
Motivasi dan Konsepsi Awal
4. Guru menunjukan beberapa peralatan sebagai berikut,
• Sebuah botol kosong yang ditutup dengan balon karet,
• Termometer alkohol atau raksa
• 1 set alat pemuaian panjang
5. Guru melakukan demonstrasi sebagai berikut :
 Perhatikanlah botol yang ditutup dengan karet balon ini.
 Guru memanaskan botol tersebut.
 Guru mengukur suhu dengan menggunakan termometer alkohol/ raksa
 Guru memanaskan batang logam pada alat peraga pemuaian panjang.
6. Guru mengajukan beberapa hal sebagai berikut,
 Apa yang terjadi dengan udara dalam botol, cairan dalam termometer dan batang silinder?
 Bagaimana volume udara dalam botol dan cairan dalam termometer sebelum dan sesudah pemanasan?
 Bagaimanakah sifat-sifat pemuaian yang terjadi pada suatu zat? q
TAHAP II ( Pengorganisasian Peserta Didik )
7. Siswa dikondisikan supaya duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
8. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa ( LKS ) kepada setiap kelompok
9. Guru memodelkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. 2’
II. KEGIATAN INTI
TAHAP III ( Penyelidikan Kelompok )
1. Siswa mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siswa membaca prosedur percobaan yang ada dalam lembar kerja siswa.
3. Siswa melakukan percobaan dan mengambil data berdasarkan percobaan
4. Siswa mencatat dan menuliskan hasil penyelidikannya dalam LKS yang telah disediakan. 45’
TAHAP IV ( Mengembangkan dan Menyajikan Hasil )
5. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan pertanyaan yang ada dalam LKS
6. Siswa memepresentasikan hasil penyelidikannya di depan kelas dan guru membimbing supaya terjadi diskusi kelas..
7. Siswa mengumpulkan LKS. 15’
III. PENUTUP
TAHAP V ( Analisis dan Evaluasi )
1. Siswa merefleksikan apa yang telah dipelajarinya, dengan membuat beberapa kesimpulan.
2. Guru memberikan penguatan dan koreksi terhadap materi yang dipelajari.
3. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
4. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. 20’

Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memiliki tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan tersebut terdiri dari lima tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arends (dalam Dasna dan Sutrisno, 2007). Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Mengorientasikan siswa pada masalah
Tahapan ini merupakan tahapan awal dimana siswa dihadapkan pada permasalahan yang akan dipecahkan. Kegiatan diawali dengan apersepsi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Kemudian guru melakukan motivasi dan penggalian konsepsi awal dengan menampilkan fenomena-fenomena yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Setelah itu, guru memunculkan permasalahan berdasarkan pada fenomena yang telah diamati berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga mampu memotivasi dan menarik perhatian siswa.

2) Mengorganisasi peserta didik
Pemecahan masalah memerlukan proses dan situasi yang terorganisasi sehinngga mampu mencapai tujuan dengan baik. Pada tahap ini, siswa diorganisasikan untuk membentuk kelompok-kelompok yang akan memecahkan permasalahan. Tahap ini pun meliputi penginformasian logistik untuk penyelidikan, tugas-tugas belajar siswa serta pemodelan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Tahap ini dapat dikatakan pula sebagai tahap persiapan penyelidikan.

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis masalah.. penyelidikan yang dilakukan meliputi pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperiment merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya dan pameran. Hasil karya lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Hasil karya tersebut kemudian disajikan dan guru berperan sebagai organisator pada penyajian tersebut.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Pada tahap ini guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.